
Melihat hilal memang bukan hal yang gampang karena hanya nampak sesaat berbentuk bulan sabit yang sangat tipis di ufuk barat setelah Matahari terbenam. Belum lagi apabila arah pandang tertutup lapisan awan tebal. Namun, dengan adanya teropong dan teleskop yang disebar di berbagai lokasi, pengamatan hilal terbantu. Apalagi dengan bantuan software astronomi untuk memperkirakan posisi penampakan hilal. Kegiatan rukyatul hilal pun menjadi semakin akurat.
Pada dasarnya hilal atau bulan baru merupakan bagian dari perjalanan rotasi Bulan mengelilingi Matahari dan sistem tata surya. Posisi Bulan terhadap Bumi dan Matahari yang menjadikan bentuk bulan yang terlihat dari Bumi berubah-ubah dari hari ke hari mengalami siklus antara sabit dan purnama. Cahaya Bulan yang terlihat dari Bumi itu merupakan pantulan cahaya Matahari sesuai posisinya terhadap Bumi dan Matahari.
Nah, kombinasi rotasi Bumi, perputaran Bulan terhadap Bumi, dan perputaran Bumi terhadap Matahari membuat di akhir bulan seperti saat ini, Bulan dan Matahari seolah-olah bergerak bersama dari timur ke barat dengan posisi yang berdekatan jika dilihat dari Bumi. Inilah peristiwa yang disebut konjungsi geosentrik atau ijtima'.
Menurut perhitungan Badan Meteorologi Klimatologi dan geofisika (BMKG), pada Selasa (10/8/2010), pukul 10.08 WIB, Matahari dan Bulan akan berada di bujur ekliptika yang sama. Namun, karena tidak tepat sejajar, peristiwa tersebut tidak sampai menimbulkan gerhana bulan. Juga jangan harap melihat Bulan di siang bolong saat ini karena tidak ada cahaya yang dipantulkan Matahari di permukaan Bulan ke Bumi.
Matahari akan terbenam di wilayah Indonesia paling awal terjadi pada pukul 17.38 WIT di Merauke dan paling akhir pada pukul 18.54 WIB di Sabang. Sementara Bulan menyusul beberapa menit kemudian. Saat Matahari terbenam itulah, pantulan cahaya di permukaan Bulan akan terlihat dari Bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar